A. Pembacaan puisi yang baik
Membaca puisi berarti mengerahkan kemampuan memahami makna puisi dan mengkreasikan puisi tersebut dalam suara dan gerakan yang dituntut puisi tersebut. Pelafalan atau pengucapan, intonasi atau irama, mimik atau ekspresi, volume suara, dan kelancaran serta kecepatan dalam membaca merupakan bagian yang lekat dalam pembacaan puisi. Berikut dijelaskan sekilas unsur-unsur tersebut:
- Pelafalan atau pengucapan
Pelafalan atau pengucapan harus sesuai dengan jiwa dan tema puisi. Artikulasinya harus jelas dan dapat didengar jelas oleh pendengar.
- Intonasi
Intonasi berkaitan dengan penyajian irama puisi. Intonasi berkaitan dengan keras lemahnya bunyi, tinggi rendahnya suara,dan cepat lambatnya pengucapan. Intonasi harus disesuaikan dengan isi puisi.
- Ekspresi
Mimik atau ekspresi merupakan wujud penghayatan puisi yang dibaca. Mimik atau ekspresi wajah juga didukung gerak-gerik anggota tubuh. Gerak-gerik tersebut harus sesuai dengan isi puisi. Mimik atau ekspresi yang tidak sesuai dengan isi puisi membuat pembacaan puisi tidak mencapai penghayatan yang baik. Misalnya, puisi yang bertema gembira hendaknya dibaca dengan wajah gembira dan tidak dengan wajah yang sedih.
- Volume suara
Volume suara hendaknya disesuaikan kondisi, baik luasnya ruangan, banyaknya pendengar, maupun ketersediaan pengeras suara. Jika ruangannya sempit dan pendengarnya sedikit, maka suara tidak perlu terlalu keras.
- Kelancaran dan Kecepatan dalam Pembacaan Puisi
Kelancaran pembacaan puisi akan memudahkan pendengar menangkap makna puisi. Selain itu, kecepatan dalam pembacaan juga harus diperhatikan. Jangan terlalu cepat karna akan sulit dipahami pendengar, tapi juga jangan terlalu lambat karna akan membosankan pendengar.
Pembaca puisi yang baik adalah pembaca yang mampu memperhatikan dengan baik semua unsur-unsur dalam pembacaan puisi. Pembaca seperti itu akan tampil baik karna mampu membaca puisi dengan lafal yang jelas, intonasi yang tepat, ekspresi yang sesuai dengan tuntutan kandungan puisi, volume suara yang proporsional, dan tempo yang tepat.
Perhatikan puisi dibawah ini!
Permainan golf
karya: A. Mustofa bisri
Tangan yang kuat menggenggam erat
tongkat pemukul yang kokoh hebat
bola yang kecil ditata cermat
lalu dihantam kuat-kuat
bola kecil terhampas tinggi melambung
untuk kemudian terbanting limbung
tangan dan tongkat perkasa kembali
bergabung
menggenjot jatuh ke ujung
bola kecil terus terpental mendudu-dudu
jatuh terpelanting tak menentu
sebelum akhirnya dengan sentuhan jitu
tongkat pemukul membuatnya mendudu
nasib akhir bola kecilpun sudah ditentukan
tangan dan tongkat selalu siap
mengarahkan
keliang sempit mesti dipurukkan
kepada siapa gelap ini kuadukan?
Tugas:
Bacalah puisi diatas kemudian tentukan makna puisi tersebut!